Sebagai desainer produk asal Inggris, Alexander Lamont selalu berkunjung ke negara yang penuh dengan tradisi, sejarah, dan budaya, untuk mendapatkan inspirasi baru yang dikembangkan menjadi sebuah produk dekorasi, atau pun furnitur. Menetap di Bangkok, Thailand, pendiri lini Alexander Lamont, diakui oleh beberapa desainer ternama seperti Peter Marino, dan Jean Louis-Deniot dengan berkunjung ke workshop sang desainer untuk melihat karya-karya dari penggabungan tradisi dari Asia dan Eropa. Menyempatkan waktu di kediaman baru milik Prodotti, Apartemen Casa Domain, Jakarta, Alexander Lamont memperkenalkan karakteristiknya dengan menunjukan beberapa produk yang selaras dengan tatanan ruang berkonsep Modern.
Sosok yang paling berpengaruh? Menyukai sosok tertentu merupakan konsep Modern menurut saya. Hal yang paling memengaruhi saya dalam menciptakan produk ialah dengan mengunjungi museum, dan melihat peninggalan-peninggalan kuno dari para pemahat yang tidak diketahui asalnya. Merekalah yang patut dijuluki sebagai seniman ispiratif.
Objek personal? Tentu saya memilih semua produk mulai dari ripple bowl, canoe vessel tray, hammerd bowl, paglia tray, hingga ovum spot table maupun wall panel. Saya selalu beranjak dari ide yang dapat menyalurkan desain Modern dari material yang dapat memberikan inovasi.
Material khusus? Jerami misalnya, material yang menjadi bagian dari negara asal saya namun masih dapat merefleksikan kualitas kesohor. Saya mengingat beberapa desainer pada abad 20 pasca perang dunia kedua yang menuturkan “we’re going to bring something from the fields. Which is straw, it reflects qualities and lightness. Pale colours is a new age.”
Hal mustahil yang ingin Anda lakukan? Jika saya dapat mengubah waktu kembali, maka saya akan mengajak Eliene Grey untuk berkolaborasi. Desainer asal Republik Irlandia yang sangat modernist pada saat itu, selalu menggunakan material yang saya gunakan sekarang, khususnya pernis.