Rumah ini dibangun untuk mengakomodasi sebuah keluarga muda. Didesain oleh salah satu studio arsitek, D-Associates, awalnya rumah ini ingin dijadikan compact house untuk keluarga muda tersebut. Tetapi seiring berjalannya proses desain, mereka ingin memiliki rumah tinggal yang diharapkan dapat menampung kebutuhan perkembangan keluarga hingga 15-20 tahun kedepan. Pemilik hunian memiliki satu anak sebelum rumah ini dibangun, sehingga mereka ingin kebutuhan ruang ini terpenuhi dan juga ruang lain di masa depan. “Sebelumnya, D-Associates telah mendesain untuk orang tua dari klien, karena timbul kecocokan maka dibangunlah rumah kedua ini” ungkap Maria Rosantina dari D-Associates Architect. Maria Rosantina dan Gregorius Supie Yolodi adalah principal dari D-Associates Architect, dan tim arsitek yang ikut dalam proyek ini adalah Luthfi Yuta Juliansyah, Katrein Ayu Pratiwi, dan Novy Yulianty. Intensi desain rumah ini adalah untuk menyiasati kebutuhan ruang yang kian membesar, tanpa menjadikan wujud rumah tampak terlalu besar. Selain itu, pemilik rumah mempunyai material sisa-sisa kulit kayu ulin yang cukup banyak volumenya, maka untuk intensi desain kedua adalah memanfaatkan material bekas ini dan diaplikasikan ke dalam desain.
Untuk mencapai kedua intensi tersebut, rumah dibagi menjadi tiga gubahan massa, diawali dengan pengadaan tangga di tengah ruang sebagai titik vertikal. Penambahan ruang yang digunakan sebagai tangga berfungsi untuk menghubungkan ketiga lantai rumah. Antar ketiga gubahan massa ini juga dihubungkan dengan koridor atau bridge. Lantai pertama pada rumah adalah zona publik, yaitu ruang tamu dan kamar tamu. Lalu semakin ke belakang, area rumah menjadi semakin privat, yaitu ruang makan, ruang keluarga, dan di sisi paling belakang terdapat kolam renang, taman, dan gym. Lantai kedua pun diisi dengan ruang-ruang pribadi, seperti kamar tidur utama dan kamar tidur anak. Sementara di lantai ketiga atau rooftop dijadikan area semi publik, yaitu studio yang berfungsi sebagai ruang kerja, dan area duduk berkumpul bersama teman dan keluarga. Ruang tersebut dapat dicapai langsung dari lantai satu tanpa melewati area privat karena letak tangga yang terpisah.
Untuk menyiasati penggunaan material bekas yang ada, yaitu kulit kayu ulin, maka material ini diaplikasikan pada bangunan sebagai material yang melingkupi massa bangunan bagian kamar anak dan studio. Tangga sebagai core rumah ini, ditandai dengan gubahan bentuk yang berbeda dan material fasad batu bata. Untuk interiornya, rumah ini didesain oleh Laurence Howell dari Indez Design Consultant. Dan beberapa perabot yang dipakai merupakan koleksi pribadi dari pemilik rumah. Pilihan palet warna yang digunakan pada rumah ini merupakan warna-warna natural. Hal ini dapat terlihat dari pemilihan material bangunan yang digunakan, seperti batu bata, kayu ulin, dan terrazzo, dan plat metal. Sedangkan warna lain didapatkan dari corak bahan pelapis furnitur, warna lukisan, dan aksesori yang dipilih.