Melewati perang dunia kedua, Granary Island sebagai pusat pergudangan gandum, hanya menyisakan runtuhan bangunan yang membuat pulau terasa mati. Namun keberadaan danau Motlawa masih tetap menyegarkan salah satu kota di Polandia, Gdansk. Di tahun 2017, kehadiran Puro Hotel seperti memulihkan dan menjaga estetis kota dengan menawarkan tempat penginapan yang dipengaruhi oleh sejarah pergudangan dan warisan maritim yang diambil dari perdagangan di pelabuhan industrial.
Firma desain asal London, DeSallesFlint merancang interior hotel yang merefleksikan konsep industrial dengan nuansa kontemporer untuk menghidupkan suasana pada masing-masing ruangan. Salah satu siasatnya adalah dengan menghadirkan berbagai kolaborator ekslusif, diantaranya adalah beberapa label pilihan yang dapat memberikan kenyamanan pada seluruh area.
Untuk pemilihan lini furnitur, Carl Hansen & Son dan Gubu dari Denmark dipadukan dengan Magis dan Moroso asal Italia. Salah satu label Vitra dari Swiss, maupun Kettal dari Spanyol, turut ikut andil untuk mengisi furnitur ruangan. Foscarin, & Tradition dan Buster & Punch tak kalah berperan yang memberikan suasana terasa hangat. Permainan permadani oleh Golran 1898 berhasil melembutkan area sehingga terasa nyaman.
Dinding bata dan kombinasi kayu yang mengisi interior restoran tak kalah memukau para tamu yang datang. Inilah Dancing Anchor, sebuah area makan dan bar yang menyajikan menu seafood dan aneka daging. Keunikannya adalah sebuah dapur terbuka yang dapat melihat aktivitas para juru masak.