Menempati sebuah unit rumah bukan sebagai pemilik pertama memang dapat menghadirkan tantangan dalam menyesuaikan keadaan awalnya dengan kebutuhan ruang Anda. Perombakan dan renovasi baik secara langsung maupun berkala mungkin saja diperlukan. Berbagai hal tentu sudah dipertimbangkan saat seseorang memutuskan untuk membeli rumah second, entah lokasi dan akses menuju tempat kegiatan sehari-hari, maupun jatuh cinta akan desain yang ada. Mungkin bagi beberapa gelintir orang, desain pada rumah existing bukan hal utama yang dijadikan pertimbangan. Namun, perlu dipahami bahwa kebutuhan ruang satu keluarga dan keluarga lainnya tentu akan berbeda, ruangan apa yang paling sering digunakan bersama, jumlah kamar tidur yang dibutuhkan, kebiasaan dan keseharian di dalam rumah bisa jadi sangat jauh berbeda.
Kali ini Style&Decor kembali menghadirkan Buster+Punch. Melalui konsistensi dalam signature style-nya Buster+Punch mampu membaca potensi yang ada pada rumah tinggal dalam keadaan sebelum direnovasi dan dengan harmonis memadukannya dengan gaya khas Buster+Punch, yakni dengan mendesain sebuah rumah tinggal yang diperoleh sang klien dengan membeli sebuah bangunan lama. Berlokasi di barat daya London. Rumah ini memiliki nilai historis yang cukup tinggi, Mews House atau dikenal sebagai bentuk rumah tinggal dengan kandang kuda maupun garasi kereta kuda di lantai bawah dan ruang tinggal berada pada lantai atasnya, biasanya berlokasi di sepanjang jalan area permukiman di kota besar, seperti London. Namun, dalam perkembangan istilah properti saat ini Mews House juga dikenal sebagai kumpulan rumah berukuran kecil yang menghadap gang atau area pedestrian.
Fungsi ruang yang bergeser dari waktu ke waktu sesuai dengan siapa yang memiliki dan tinggal di sana membuat berbagai Mews House di London pun mengubah peruntukan ruang di lantai dasarnya sebagai garasi kendaraan maupun ruang keluarga dan bahkan kamar tidur. Buster+Punch mengubah rumah dengan empat kamar tidur ini menjadi sebuah hunian dengan suasana yang jauh berbeda dengan sejarah yang melatarbelakanginya dan dianggap masih cukup relevan untuk dipertahankan.
Dibalik dinding facade bangunan yang cukup mungil ini, Buster+Punch memutuskan untuk menghilangkan bagian-bagian fisik asli rumah yang tampaknya sudah tak sesuai dengan kebutuhan sang klien, dengan tetap menjaga beberapa detail historis yang masih dapat dipertahankan. Seperti pada detail perapian di ruang keluarga yang dipadukan apik bersama produk-produk karya Buster+Punch seperti pendant lamp Hero dan wingback chair Remix. Sang pemilik memanfaatkan ruang di lantai atas milik unit rumah di sebelahnya yang kebetulan adalah sebuah toko, membuat lantai atas pada rumah ini memiliki luasan yang lebih besar dibandingkan lantai bawahnya.
Sebuah basement dengan langit-langit yang cukup tinggi dimanfaatkan sebagai lantai dengan split level, memberikan suasana kamar tidur yang cukup unik dengan pembagian ruang seperti ini. Langit-langit yang tinggi hadir dengan warna yang cukup kontras, yakni dengan panel dinding sekaligus lemari buku, serta beberapa produk pencahayaan Buster+Punch yang menggantung di atas ranjang, mengisi ruang ini dengan tampilan yang maskulin. Pada detail di ruang lainnya, Buster+Punch bermain dengan berbagai tekstur pada pemilihan pelapis furnitur dan dekorasi. Sutera pada pelapis bantalan kursi, kulit pada wingback chair dan karpet dari kulit sapi, cowhide kerap terlihat di beberapa bagian ruang yang langsung tertangkap oleh mata dan menjadikan hunian ini terlihat sangat berkarakter. Masih dengan pilihan warna-warna gelap, lampu gantung yang didesain oleh Buster+Punch turut menghiasi interior dan mengisi berbagai area hampir di tiap lantai, hingga memberi sentuhan drama.
Berbagai pilihan tekstur dan warna pada furnitur, maupun fixtures dan fittings serta dekorasi yang disesuaikan dengan selera pemilik dapat memberikan sentuhan personal yang khas pada rumah tinggal. Cara ini membantu terciptanya ikatan emosional sang penghuni dengan rumah tinggalnya, tentu dengan tidak juga melupakan peran berbagai memori yang tercipta dalam rumah tersebut.
Ketika pada awalnya rumah akan terasa “asing” bagi sang penghuni, dengan berjalannya waktu dan berbagai upaya yang dilakukan dalam menciptakan ikatan emosional melalui modifikasi desain, rumah tinggal pada akhirnya akan menjadi tempat di mana Anda akan merasa “pulang”.